BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Belajar
Belajar
adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengal;aman individu
itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
Depdiknas (2003) mendefinisikan
'belajar' sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau
pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa
atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran
(pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap
pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil
ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari
guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan
aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai
merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.
Pengertian
Belajar Menurut Para Ahli
1. Menurut Anni (2004:4) Belajar
merupakan proses paling penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia
mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.
2. Skinner yang di kutip oleh Dimyati
dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa
belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui
proses tingkah laku.
3. Menurut Harun Nasution (2000:34) Belajar
adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.
4. R. Gagne seperti yang di kutip oleh
Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu: Belajar ialah suatu
proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan,
dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
5. Menurut Slameto (2003:2) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
6. M. Sobry Sutikno mengemukakan, Belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
7. Menurut Hilgard dan Bower dalam
bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu
situasi.
8. Menurut Darsono (2001:4) Belajar
adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
9. Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa Belajar adalah yaitu suatu proses
yang menghasilkan suatu perubahan yang disebut sebagai hasil belajar.
10. Menurut Winkel, Belajar adalah
semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan
pemahaman.
11. Menurut Ernest R. Hilgard dalam
(Sumardi Suryabrata, 1984:252) Belajar merupakan
proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan
perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
12. Menurut Gagne dalam bukunya The
Conditions of Learning 1977, Belajar merupakan sejenis perubahan
yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari
sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan
yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau
latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau
perilaku yang bersifat naluriah.
13. Moh. Surya (1981:32), Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari
kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari
diri seseorang.
Dari beberapa pengertian belajar di
atas maka dapat disimpulkan bahwa semua aktivitas mental atau psikis yang
dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang
berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
2.
Teori-teori Belajar
Berikut ini beberapa teori-teori belajar yang akan kita
bahas yakni ; Teori Behaviorisme, Teori
Belajar Kognitif, Teori Pemrosesan Informasi dan Teori Belajar Gestalt.
a. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat,
minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan
behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing
menghasilkan hukum-hukumbelajar, diantaranya:
Ø Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons
menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin
kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka
semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
Ø Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu
pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan
pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan
yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Ø Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara
Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan
akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law
of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam
stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
- Law
of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang
sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus
dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
v Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku
diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
v Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku
operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama
terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului
oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer.
Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah
stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu,
namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational
learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan
dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme
lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis
atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai
hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu
terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang
pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,
seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang
perlu dilakukan.
b. Teori Belajar Kognitif menurut
Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut
sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu
yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi
empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete
operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget
tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi.
James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the
process by which a person takes material into their mind from the environment,
which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan
akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the
process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru.Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada
peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi
teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
- Bahasa
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
- Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
- Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
- Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
- Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
c. Teori Pemrosesan Informasi dari
Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan
hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi
antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu.
Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses
pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,
(1) motivasi;
(2) pemahaman;
(3) pemerolehan;
(4) penyimpanan;
(5) ingatan kembali;
(6) generalisasi;
(7) perlakuan ;
(8) umpan balik.
d. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan
arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa
obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang
terpenting yaitu :
- Hubungan
bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap
bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk)
dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna
dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan
latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara
latar dan figure.
- Kedekatan
(proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu
maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
- Kesamaan
(similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan
dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
- Arah
bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan
yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu
figure atau bentuk tertentu.
- Kesederhanaan
(simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya
bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan
yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
- Ketertutupan
(closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola
obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat
empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
- Perilaku
“Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku
“Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi
otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku
dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti
kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku
“Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
- Hal
yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan
geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah
lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk
pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh
seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal
kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat
(lingkungan geografis)
- Organisme
tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian
peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa.
Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo,
pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain,
gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu
- Pemberian
makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses
yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan
merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap
rangsangan yang diterima.
Aplikasi
teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1.
Pengalaman
tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
2.
Pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin
jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari.
Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam
identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang
dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan
proses kehidupannya.
3.
Perilaku
bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran
akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4.
Prinsip
ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan
dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan
hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan
peserta didik.
5.
Transfer
dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi
tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan
umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi
untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
3.
Ciri-ciri Pembelajaran
ciri
pembelajaran yang efektif, yaitu:
1.
Siswa
menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi,
membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta
membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
2.
Guru
menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
3.
Aktivitas-aktivitas
siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
4.
Guru
secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam
menganalisis informasi,
5.
Orientasi
pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir,
serta
6.
Guru
menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya
mengajar guru.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur
dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut :
· Motivasi
belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk
menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin
melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan
perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari
luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan
belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992)
· Bahan
belajar
Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep
yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa
informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta
agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas
menjadi hidup.
· Alat
Bantu belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran,
dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun
sumber lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media
harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan
beberaapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan
bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi
kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka
memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut.
· Suasana
belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada
siswa adalah apabila terjadi :
a.
Adanya
komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan
hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat
berbuat bersama.
b.
Adanya
kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran
yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan belajar jug adapat ditimbulkan
dari media, selain isis pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa,
juga didukung oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada
minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya.
· Kondisi
siswa yang belajar
Mengenai kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini sebagai
berikut :
a)
Siswa
memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya
berbeda.
b)
Kesamaan
siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan memiliki potensi yang
perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh factor intern
dan juga factor luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar diri siswa,
termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan
pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran
guru yang dominant, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan
pembimbing.
4.
Unsur-Unsur
Dinamis Pembelajaran
1. Motivasi
belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong
motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran.
Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan oleh guru dalam
rangka memotivasi siswa agar belajar, ialah:
1. Prinsip kebermaknaan, siswa
termotivasi untuk mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya,
2. Prasyarat, siswa lebih suka
mempelajari sesuatu yang baru jika dia memiliki pengalaman prasyarat
(prerckuisit).
3. Model, siswa lebih suka memperoleh
tingkah laku baru bila disajikan dengan suatu model perilaku yang dapat diamati
dan ditim.
4. Komunikasi terbuka, siswa lebih suka
belajar bila penyajian ditata agar supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap
pendapat siswa.
5. Daya tarik, siswa lebih suka belajar
bila perhatiannya tertarik oleh penyajian yang menyenangkan/menarik.
6. Aktif dan latihan, siswa lebih
senang belajar bila dia dapat berperan aktif dalam latihan/praktik dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran
7. Latihan yang terbagi, siswa lebih
suka belajar bila latihan-latihan dilaksanakan dalamjangka waktu yang pendek.
8. Tekanan instruksional, siswa lebih
suka belajar terus bila kondisi pembelajaran menyenangkan baginya.
9. Keadaan yang menyenangkan, siswa
lebih suka belajar terus bila kondisi-kondisi pembelajaran menyenangkan bagmya.
2. Sumber-sumber
yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada:
1. Buku pelajaran yang sengaja
disiapkan dan berkenan dengan mata ajaran tertentu. Bahan-bahan tersebut dapat
berupa sumber pokok dan sumber pelengkap. Pemilihim buku-buku sumber telah
ditetapkan dalam pedoman kurikulum dan berdasarkan pilihan guru berdasarkan
pertimbangan tertentu.
2. Pribadi guru sendiri pada dasamya
merupakan sumber tak tertulis dan sangat penting serta sangat kaya dan luas,
yang perlu dimanfaatkan secara maksimal. Itu sebabnya, guru senantiasa diminta
agar terus belajar untuk memperkaya dan memperluas serta mendalami ilmu
pengetalman, sehingga pada waktunya dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan
belajar yang berdaya guna bagi kepentingan proses belajar siswa.
3. Sumber masyarakat, juga merupakan
sumber yang paling kaya bagi bahan belajar siswa. Hal-hal yang tidak tertulis
dalam buku dan belum terkuasai oleh guru, ternyata ada dalam, masyarakat berupa
objek, kejadian dan peninggalan sejarah. Hal-hal tersebut dapat digunakan
sebagai bahan belajar. Untuk itu, guru perlu menyiapkan program pembelajaran
dalam upaya memanfaatkan masyarakat sebagai sumber bahan belajar bagi siswanya.
3. Pengadaan
alat-alat bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa sendiri dan bantuan orang.
Namun, harus dipertimbangkan kesesuaian alat bantu belajar
itu dengan tujuan belajar, kemampuan siswa sendiri, bahan yang dipelajari, dan
ketersediaannya di sekolah. Prinsip kesesuaian ini perlu diperhatikan karena
sering terjadi pemilihan dan penggunaan suatu alat bantu belajar ternyata tidak
cocok untuk pengajaran dan ternyata tidak banyak pengaruhya terhadap
keberhasilan belajar siswa. Prosedur yang harus ditempuh adalah:
1. Memilih dan menggunakan alat bantuan
yang tersedia di sekolah sesuai dengan rencana pembelajaran.
2. Siswa memilih dan membuat sendiri alat
bantu yang diperlukan, berdasarkan petunjuk dan bantuan guru.
3. Membeli di pasaran bebas scandamya
alat yang diperlukan itu ada di pasaran dan cocok dengan kegiatan belajar yang
akan ditakukan.
4. Untuk
menjamin dan membina suasana belajar yang efektif. guru dan siswa dapat
melakukan beberapa upaya sebapi berikut:
1. Sikap guru sendiri terhadap
pembelajaran di kelas. Guru diharapkan bersikap menunjang, membantu, adil, dan
terbuka dalam kelas. Sikap-sikap tersebut pada gilirannya akan menciptakan suasana
yang menyenangkan dan menggairahkan serta menciptakan antusiasme terhadap
pelajaran yang sedang diberikan.
2. Perlu adanya kesadaran yang tinggi
di kalangan siswa untuk membina disiplin dan tata tertib yang baik di dalam
kelas. Suasana yang disiplin ini juga ditentukan oleh perilaku guru, kemampuan
guru memberikan pengajaran. serta suasana dalam diri siswa sendiri.
3. Guru dan siswa berupaya menciptakan
hubungan dan kerjasama yang serasi, selaras dan seimbang dalam kela. yang
dijiwai oleh rasa kekeluargaan dan kebersamaan rasa tenggang rasa dan tanggung
jawab untuk kepentingan bersama ternyata lebih efektif dibandingkan dengan
suasana dengan persaingan, berusaha untuk kopentingan sendiri, dan pergaulan
guru siswa yang renggang dan kaku.
5. Subjek
belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan binaan.
Pembinaan kesehatan, penyesuaian bahan belajar dengan
tingkat kecerdasan siswa, memperhatikan kesiapan belajar yang tepat waktunya,
penyesuaian bahan, belajar dengan kemampuan dan bakatnya, dan memberikan
pengalaman-pengalaman perekuisit, semua kondisi itu perlu terus dikontrol oleh
guru.
Sediakan waktu yang khusus untuk mengenal dan mengetahui
dengan seksama semua kondisi subjek belajar. Bila diketahui terdapat ketidak
seimbangan dan gangguan pada kondisi mereka, maka guru perlu segera melakukan
upaya untuk memperbaiki dan meningkatkannya.